Kuching: The Hidden Charm of Malaysian Borneo

Bagi kebanyakan orang Indonesia, Malaysia itu sebatas Kuala Lumpur, Penang, atau Malaka. Hal ini mungkin tidak lepas dari akses yang lebih mudah menuju kota-kota di Semenanjung Malaya (Malaysian Peninsula) tersebut. Namun, ternyata sisi Borneo dari Malaysia (Malaysian Borneo) juga memiliki pesonanya sendiri, lho! Salah satunya adalah Sarawak yang terletak satu pulau dengan Provinsi Kalimantan Barat. Saya sendiri awalnya tidak familiar dengan salah satu negara bagian Malaysia yang berjarak kurang lebih 350 km dari Pontianak ini. Tapi pada saat berdinas di Sambas, yang notabene berbatasan dengan Malaysia, saya pun mendapat kesempatan untuk mengintip Kota Kuching, ibu kota Negara Bagian Sarawak, yang memang banyak ornamen kucingnya. Untuk mencapai ke sini, kita bisa menggunakan jalur udara atau jalur darat dari Pontianak atau Singkawang. Bila melalui pesisir barat Pulau Kalimantan, kemungkinan besar kita akan melalui pos perbatasan Aruk yang berjarak sekitar 100 km dari pusat Kota Kuching. Secara keseluruhan jalanan menuju perbatasan cukup mulus, dan selama sepanjang perjalanan kita akan disuguhi pemandangan berupa hamparan kebun kelapa sawit, yang merupakan salah satu komoditas utama, baik di Kalimantan Barat maupun Sarawak. Pos perbatasan Aruk yang terletak di sisi Indonesia memiliki bangunan yang kece. Bangunannya bergaya sederhana namun stylish, pokoknya enak dipandang, deh. Setelah mendapatkan cap paspor di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Aruk, kita harus berjalan kaki untuk mencapai sisi Malaysia. Untuk proses mendapat cap masuk Malaysia terbilang sangat mudah, karena bagi WNI tidak memerlukan visa untuk memasuki wilayah Malaysia, termasuk Sarawak.

Aruk Indonesia Malaysia
Pos Lintas Batas Aruk, Indonesia
Aruk Indonesia Malaysia
PLBN Aruk yang sedap dipandang mata
Aruk Indonesia Malaysia
Bersama maju bergerak menuju pos perbatasan Malaysia

Setelah melewati check point Malaysia, kita akan disambut barisan travel yang menawarkan jasa menuju Kota Kuching. Saat saya ke sana, ternyata banyak juga WNI yang hendak berangkat mengadu nasib di Sarawak. Walaupun di imigrasi sedikit terhambat karena disangka TKI sehingga dimintakan surat-surat, ternyata status “disangka TKI” ini ada untungnya juga, terutama untuk menawar harga travel , hehe. Setelah melakukan konferensi mengenai harga travel dan menghasilkan kesepakatan harga, perjalanan ke Kuching pun dimulai. Jalan di daerah barat laut Malaysian Borneo ini ternyata mulus banget, dan rasanya jarang sekali saya menemukan adanya lubang. Oleh karena itu, waktu tempuh 1,5 hingga 2 jam dari perbatasan Indonesia-Malaysia menuju pusat Kota Kuching terasa cepat sekali.

Menginjakkan kaki di Kuching memberikan kesan yang berbeda mengenai Negri Jiran. Jauh dari kesan ingar bingar Kuala Lumpur, kehidupan di Kuching relatif lebih “slow pace“. Tata kotanya rapih, lalu lintasnya teratur, dan kotanya bersih. Menariknya menurut saya kota ini photogenic banget. Dimulai dari Jembatan Darul Hana, atau Kuching Golden Bridge, yang menghubungkan sisi utara dan selatan Kota Kuching , hingga mural-mural yang banyak terdapat di rumah-rumah, hampir semuanya estetik banget untuk diabadikan.

Kuching Bridge Waterfront Malaysia
Jembatan Kuching di malam hari
Bird's eye view KuchingMalaysia
Bird’s eye view of Kuching
Mural art Kuching Sarawak Malaysia
Sisi estetiknya Kuching

Mengunjungi Kuching tentu belum lengkap kalau belum ke daerah Kuching Waterfront. Area sepanjang 2 km di tepi Sungai Sarawak ini menjadi salah satu unggulan kota ini. Lingkungan yang asri dengan pemandangan sungai dan penampakan gedung Sarawak State Legislative Assembly dari kejauhan menjadikan tempat ini cocok banget untuk dijadikan tempat duduk-duduk sore. Pada malam hari, lampu-lampu dari jembatan Darul Hana menambah kesan artistik. Oh iya, kita bisa juga menjajal jembatan yang resmi dibuka pada tahun 2017 ini. Melintasi jembatan sepanjang 276 m di atas Sungai Sarawak akan menjadi kenangan tersendiri pastinya.

Kuching Bridge Waterfront Malaysia
Vibes malam hari di Kuching Waterfront
Kuching Bridge Waterfront Malaysia
Gedung State Legislative Sarawak dari kejauhan
Kuching Bridge Waterfront Malaysia
Suatu sudut di Kuching Waterfront

Destinasi lain yang bisa dicoba adalah Kuching Cat Museum. Saya memilih museum ini karena sepertinya kurang afdol kalau ke Kuching nggak ke museum kucing. Sesuai nama museum dan kotanya, tempat yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota ini menampilkan berbagai koleksi dan informasi mengenai kucing, baik kucing-kucing Malaysia, khususnya di Borneo, hingga kucing negara lain, termasuk dari negara kita. Menariknya,ternyata museum ini adalah museum pertama di dunia yang keseluruhannya hanya menampilkan tentang kucing. Museum ini terletak di Bukit Siol yang berketinggian 60 mdpl. Oleh karena itu, dari sini kita bisa menyaksikan bird’s eye view Kota Kuching.

Cat museum Kuching Malaysia
Museum Kucing yang, sesuai namanya, berisi serba-serbi perkucingan
Bird's eye view KuchingMalaysia
Pemandangan dari depan Cat Museum

Selain tempat jalan-jalan, Kuching juga terkenal sebagai pusat kuliner. Ternyata banyak juga orang Malaysia atau orang Kalbar yang sengaja berkunjung ke sini untuk sekedar mencicipi kulinernya. Seperti di kebanyakan kota, kulinernya dibagi menjadi 2 seksi: halal dan non-halal. Untuk tempatnya yang terkenal adalah di sepanjang jalan Padungan. Di sini banyak dijajakan masakan seperti  kolo mee (mie yang dimasak dengan topping daging cincang), laksa khas Sarawak, manok pansuh (hidangan ayam yang dimasak dengan bumbu khas Dayak), dan midin (sayuran pakis) yang akan mewarnai kunjungan kita ke kota yang dipimpin oleh state governor ini.

Pandungan street Kuching
Gapura di Jalan Pandungan, surga kuliner-nya Kuching
Kuching culinary kolo mee
Kolo mee yang terkenal itu

CATEGORIES

BORNEO|MALAYSIA

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *