Bromo: The Sunrise of East Java

Siapa yang tidak kenal Bromo? Rasanya hampir semua WNI kalau ditanya mengenai gunung ini pasti pernah mendengarnya. Tak hanya itu, keindahannya pun sudah terdengar sampai ke mancanegara. Saya pernah mendengar seorang traveler asal Eropa yang jauh-jauh berpetualang ke Indonesia hanya untuk menyaksikan keindahan gunung di Jawa Timur ini. Wah, kalau mereka yang dari belahan dunia lain saja rela ke sini, malu juga saya kalau belum pernah. Harus diakui saya FOMO pada saat itu, hehe..

Untuk ke gunung yang terletak di Kabupaten Malang – Lumajang – Probolinggo – Pasuruan ini, kita bisa melalui Malang atau Lumajang (via Ranu Pane). Namun pada umumnya orang, begitu pun dengan saya, berangkat dari Malang. Gunung yang sempat erupsi pada tahun 2016 ini dapat dicapai dengan kendaraan pribadi atau pun dengan open trip yang banyak ditawarkan di Kota Malang. Karena dari hasil survei banyak yang mengatakan kalau jalan menuju ke sana yang lumayan sulit, akhirnya saya pun memutuskan menggunakan jasa open trip. Long short story, pada pukul 23.00 WIB seluruh peserta dijemput di titik yang sudah ditentukan dengan menggunakan kendaraan iconic ekspedisi Bromo: Jeep. Ya, Bromo dan Jeep-nya itu identik banget. Kurang afdol rasanya kalau ke Bromo tapi nggak ngerasain naik Jeep.

Deru mesin Jeep membelah kesunyian Kota Malang yang pada saat itu memang lagi tengah malam, jadinya memang sepi. Bersama saya ada 3 orang peserta trip, yang akhirnya semuanya tertidur pulas. Sekitar pukul 03.30 kami dibangunkan oleh pemandu kami. Udara dingin menyambut kedatangan kami di pintu masuk kawasan taman nasional tersebut. Ternyata kami tidak sendiri! Bersama kami sudah banyak sekali rombongan trip yang lain. Pesertanya pun beraneka ragam, dan banyak juga yang berasal dari mancanegara. Dan, benar-benar jauh di luar bayangan saya mengenai trekking naik gunung, ternyata di sini sudah banyak warung-warung yang menjajakan kopi, teh, dan mie instan. Memang kombinasinya pas banget sih antara cuaca dingin, kopi/ teh hangat, dan tentunya mie instan kuah hangat? Ya, bila ada lomba kategori gunung yang sudah dimodifikasi untuk memanjakan pengunjungnya, Bromo mungkin keluar sebagai juaranya.

Setelah cukup menikmati kudapan subuh, sekitar pukul 04.00 WIB kita akan diarahkan untuk mulai menuju spot melihat sunrise. Lagi-lagi, di sini sebagian besar jalurnya sudah cukup lebar, bahkan ada beberapa bagian yang sudah beralaskan batako. Benar-benar memanjakan pengunjung, deh. Takut nyasar? Kecuali melalukan tindakan-tindakan di luar nalar, rasanya tidak mungkin karena jalur dan petunjuknya jelas sekali. Dan juga kita akan bersama rombongan lain yang kemungkinan besar tidak pernah sepi, kecuali kalau memang sedang tutup.

Setelah menemukan spot yang kita rasa sesuai, hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah menunggu. Ya, melihat matahari terbit dari sisi timur, dipadukan dengan pemandangan Gunung Bromo yang berlatar belakang Gunung Semeru memberikan kesan magis. Segala rasa kantuk dan lelahnya perjalanan seakan sirna menyaksikan Bromo bermandikan cahaya Sang Surya! A truly mesmerizing moment!

Sunrise at Bromo East Java
Suasana subuh di Taman Nasional BTS
Golden hour sunrise at Bromo East Java
Momen-momen golden hour
Sunrise at Bromo East Java
Perlahan tapi pasti, Sang Surya menunjukkan keindahan ciptaan-Nya
Sunrise at Bromo East Java
The majestic Bromo!

Setelah puas melihat Bromo dari POV burung, jika ikut open trip, kita biasanya diajak untuk melihat Bromo dari dekat. Dengan menggunakan Jeep tadi, kita diajak turun dari Penanjakan hingga ke kaki gunung yang menurut legenda Jawa berkaitan dengan persembahan Jaka Kesuma ini. Di sini kita bisa melihat Gunung Batok dan Bromo dari dekat. Jujurly, selama ini saya mengira gunung yang berukuran lebih kecil dan sering terlihat di bagian depan di foto-foto ini adalah Bromo, namun ternyata ini adalah Gunung Batok yang bukan merupakan gunung aktif. Sedangkan, Gunung Bromo terletak di sebelah Gunung Batok dan merupakan gunung berapi aktif.

Gunung Batok di Gunung Bromo
Gunung Batok yang sering disangka sebagai Gunung Bromo

Di sini juga ada pura Hindu yang bisa dicapai dengan meniti anak tangga. Kalau ingin naik kuda juga bisa di sini. Selain itu, kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru (BTS) juga menyajikan pemandangan berupa lautan pasir. Kawasan bernama Pasir Berbisik ini merupakan saksi bisu dari erupsi Bromo yang telah terjadi sebanyak sekitar 50 kali sejak tahun 1775.

Pasir berbisik sea of sand bromo
Pasir berbisik alias sea of sand

Pada akhirnya, kita akan sampai di penghujung trip. Karena kalau nggak sampai ujung ya namanya PHP (*ups). Tapi tenang saja, di kawanan BTS ini jauh dari kata PHP! Bahkan sebelum kita meninggalkan taman nasional yang diresmikan pada tahun 1992 ini, kita masih disajikan savanna yang luas dan indah bukan kepayang. Hamparan vulcanic soil memungkinkan vegetasi untuk tumbuh dengan subur, seolah melepas kita meninggalkan Bromo dan kenangannya..

Sunrise at Bromo East Java
Pemandangan savanna di kompleks Taman Nasional BTS
Bye Bromo, thanks for the memories!

Belum puas dengan Bromo dan sedang berada di Malang? Lengkapi eksplorasi sobat dengan perjalanan ke Tumpak Sewu yang megah.

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *